Seiring berjalannya waktu, kita yang saat ini statusnya masih singlelillah (single karena Allah) pasti sering mendapat kata tanya ini : kapan. Sebetulnya, kapan hanyalah kata tanya untuk menanyakan waktu, tapi akan berubah menjadi suatu kata tanya yang ‘bikin nyelekit di hati’ jika diikuti dengan kata ’menyusul’, ‘menikah’, ‘naik pelaminan’, dan kata-kata lainnya yang bermaksud sama😅. Kita yang masih singlelillah seringkali sudah kebal dengan petanyaan tersebut (iya nggak sih?). Hanya saja, ketika pertanyaan tersebut berulang kali ditanyakan oleh orang yang sama atau beberapa orang yang berbeda, hati kita lama-lama berasa jengkel ya? Itu wajar. Hati dan otak kita artinya merespon sesuatu yang membuat kondisi kita merasa terusik.
Pertanyaan ‘kapan’ itu bisa kita respon dengan baik-baik; dengan senyuman juga jawaban ‘nanti di waktu yang Allah sudah tentukan’. Mudah untuk diucap, tapi sebetulnya susah untuk dipraktekan hehe. Tapi biarkan rasa jengkel mereda dengan sendirinya. Jangan sampai rasa jengkel tersebut membuat kita menggerutu terhadap orang tersebut.
Kita mencoba berpikiran positif. Mungkin saja orang tersebut bingung mau memulai percakapan atau bahkan mungkin beliau betul-betul menginginkan kita segera menikah. Perasaan kesal itu kita kembalikan kepada Allah, menjadi pengingat kita untuk meredam jengkel dengan dzikrullah dan pengingat kita untuk terus berikhtiar dan berdo’a.
Bersabarlah☺. Semua penantian itu akan ada akhirnya dan semua yang menjengkelkan itu juga akan berakhir pada saat yang Allah tentukan. Karena harus kita ingat bahwa tidak pernah ada sabar yang sia-sia, karena Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar (QS. Al-Anfal : 46).